Solusi pembayaran digital kian menjamur. Pengadopsinya juga makin beragam, dari pelaku usaha berskala besar hingga usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Salah satu perusahaan yang menggeluti bidang ini adalah Youtap Indonesia. Aplikasi ini menjanjikan solusi pembayaran dan manajemen usaha bagi para UMKM di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
Chief Executive Officer (CEO) Youtap Indonesia, Herman Suharto, mengungkapkan, hingga saat ini perusahaan sudah menggandeng lebih dari 250 ribu mitra pedagang (merchant). “Di tengah masa pandemi, semua pelaku usaha harus beradaptasi. Cara paling sederhana adalah mulai menerima pembayaran nontunai (cashless),” ujar Herman.
Tren pengadopsian teknologi pembayaran digital pada masa pandemi tersebut mendongkrak transaksi pembayaran dengan kode respons cepat (QR code) Youtap hingga tumbuh 900 persen pada 2021. Bagaimana Youtap menangkap peluang pengembangan potensi UMKM digital di Indonesia? Berikut ini petikan wawancara Ghoida Rahmah dari Tempo dengan Herman, Kamis pekan lalu.
Secara umum, kami punya tiga kanal. Pertama, aplikasi usaha untuk pencatatan transaksi penjualan dan pembuatan tagihan. Kemudian ada tablet usaha untuk layanan point of sale (POS) dan kasir. Yang ini tingkat adopsinya cukup tinggi. Lalu terakhir ada protal usaha untuk agregat semua laporan kinerja dan performa merchant. Di portal tersebut, kami menyediakan insight. Merchant bisa memonitor penjualan produknya.
Fitur yang paling banyak yang dipakai saat ini adalah pencatatan transaksi dan laporan penjualan. Kemudian, adopsi pembayaran nontunai menggunakan QR code. Sebab, kami memberikan kemudahan mengaksesnya, daftarnya mudah, lalu semuanya gratis.
Saat ini kami sudah memiliki 250 ribu merchant UMKM dan enterprise atau perusahaan berskala menengah-besar. Untuk jenis usahanya, paling banyak didominasi oleh merchant kuliner dengan porsi 37 persen, berikutnya ada pedagang retail atau groceries 23 persen, dan jasa sekitar 17 persen.
Dari sisi layanan yang komprehensif, kami selalu mencoba menjadi yang terdepan. Bukan hanya dari sisi kelengkapan layanannya, tapi juga dari sisi relevansinya. Semua yang dibutuhkan merchant ada di sini. Jadi, secara end to end, kami sediakan kebutuhan dalam menjalankan usaha.
Tentu kebutuhannya berbeda dengan mitra UMKM. Beberapa mitra kami antara lain McDonalds, Hero, Domino Pizza, dan Burger King. Sebagai contoh, McDonalds, kami bantu meningkatkan pengalaman transaksi digital. Dari semula kecepatan transaksi pembayaran QR code mereka 30 detik, setelah kami masuk menjadi hanya 2 detik.
Lalu kami bantu sediakan self kiosk (kasir swalayan) di gerai-gerai mereka. Untuk drive thru (lantatur), juga ada kustomisasi alat pembayaran yang bisa memudahkan transaksi dengan jarak yang agak jauh. Selain itu, mitra kami di level enterprise ada yang menjadi issuer partner pembayaran, seperti e-money issuer, ShopeePay, Ovo, dan LinkAja. Ada pula dari perbankan, seperti Bank Mandiri. Terakhir, dari fintech juga ada, seperti Kredivo.
Secara keseluruhan, karena pengguna kami bisa mengunduh aplikasi dari mana saja, saat ini pengguna aktif sudah tersebar di 510 kabupaten/kota di seluruh di Indonesia. Jadi, hampir di seluruh wilayah ada. Bahkan kami punya mitra di Natuna, Pulau Rote, dan Papua, sehingga seberannya sudah sangat luas dan merata.
Kami ingin mendorong kerja sama dengan enterprise berskala pemasok untuk memudahkan belanja stok para mitra. Saat ini, kami sudah bekerja sama dengan Sosro, lalu dengan Japfa untuk makanan beku. Kami akan berfokus pada kampanye “Mulai Usaha”.
Kami menargetkan bisa punya mitra hingga menembus 1 juta merchant pada tahun depan. Yang paling penting, kami mencoba mendorong keberlangsungan dan pengembangan mitra usaha. Salah satu yang sedang kami kerjakan adalah bagaimana membantu mereka mendapat akses permodalan untuk belanja stok atau mengembangkan usahanya.
***
Pendidikan
Karier
Source : https://koran.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/471427/ceo-youtap-indonesia-herman-suharto-bicara-soal-peluang-bisnis-umkm-lewat-transaksi-digital